Can I Just Say I Don't?

Capek gue denger orang-orang pada ribut soal kawin. Hari ini, di satu hari yang sama, berkali-kali gue denger things related to marriage. Salah satu sobat gue baru dapet tanggal bagus buat their wedding day yang Cuma berjarak dua bulan dari sekarang. Malemnya, fesbuk gue kasih notif soal temen lama yang baru aja dilamar ma pacarnya. Nonton tivi, judulnya kawinan semua.

Huff…

I’m so damn sick of love song!

“Beib, napa? Lagi kepikiran kerjaan lagi?”

Tiba-tiba gue sadar kalau gue lagi berdua sama lelaki yang udah empat taun ini dengan setia nungguin gue. Sejak kita kenal lima taun lalu, gue tahu, dia orang yang tepat buat nemenin sisa hidup gue. Tapi entah kenapa, berkali-kali dia mulai ngomongin soal kawin, gue slalu pengen lari.

“Beib…”

“Yah? Kenapa Yank?”

“Kamu kenapa? Kok malah nanya kenapa sih? Ada masalah di kantor?”

Kepala gue dengan gampang menggeleng.

“Trus?”

Nothing.”

“Arti diemnya? Couldn’t be nothing, I guess..

Actually, you’re right, beib…I don’t know…There’s just couple things spinning on my mind right now. Not important, at all. Forget it.”

Mobil dihentikannya begitu saja, tiba-tiba.

Beib, kamu gila? Ini di tengah jalan!”

Lelaki itu kasih pandangan tajam yang selalu bikin gue jatuh cinta setiap harinya. Pandangan yang ga pernah gagal bikin emosi gue reda.

Beib, please…

Dan yak! Suara gue pun makin pelan.

Tapi kali ini dia sama sekali ga bergeming. Shit! Rayuan gue ga mempan!

“Beib? Sebenernya ada apa sih? Kok jadi kamu yang aneh begini?”

Tiba-tiba dia seperti tersadar akan sesuatu. Dirogohnya saku jas vintage yang kami beli bersama di salah satu butik temen gue beberapa bulan lalu.

Dan tiba-tiba juga dada gue sesek. Dia ngeluarin kotak. And I’m so damn sure it’s a ring inside.

“Beib, kali ini aku sudah benar-benar serius…”

Kotak kecil beludru hitam itu terbuka. Satu cincin cantik dengan mata kotak berkilau dari sana.

“Beib, kamu mau hidup denganku selamanya? Bersamaku setiap waktu, mengandung anak-anak kita dan tertawa setiap senja berdua?”

Dan kotak itu udah makin dekat. Dia mulai menyentuh cincin cantik yang jadi idaman setiap perempuan. Ditariknya cincin itu keluar dari kotak indah yang pasti juga mahal.

Gue tarik nafas gue dalem-dalem.

Dia tarik tangan gue perlahan dan berusaha masukin cincin manis itu di jari gue.

“Beib, tunggu!”

Gue ambil cincin itu dan dengan cantik gue letakin lagi di kotaknya trus gue tutup dan gue serahin lagi ke lelaki yang paling gue cintain di dunia ini.

Can I just say, I don’t?”

What?

Gue Cuma bisa mandang kedua matanya tanpa kata.

Beib, you know I do love you. And I do wanna be your wife, but..

Beib, what’s up now? This is what you’re always wanted, right?

“Iya. Entahlah..”

Dibenahi duduknya. Diambilnya kembali kotak berisi cincin itu dan dimasukkannya kembali ke kantong jas-nya.

I thought that you’ve waited for this moment so long…

Beib, I do…

“Trus kenapa kamu bilang kamu ga mau? Beib, selama ini kamu slalu mendesakku untuk lekas menikah. Kamu bilang, kamu ingin cepat-cepat jadi istriku. Apalagi kita udah lama pacaran. Orang tua kamu juga udah pengen cepet punya cucu kan? Jadi, apalagi?”

Beib, please, can I just say, I don’t without so many questions?

Fine. So, you don’t really want me to marry you…

I don’t. I am sorry…but you gotta know that I do love you…so!

I don’t think I need those words without you by my side, Beib.

I will always be on your side. With or without the-I-do-words.

“Baiklah. Aku ga akan pernah paksa kamu untuk menerima lamaranku. Tapi boleh aku tahu, kenapa? Bukannya selama ini kamu selalu memenuhiku dengan pertanyaan kapan aku menikahimu?”

Can I just really say, I don’t?

Komentar

  1. rasanya aku tau isi cerita ini. .
    menikah bukan masalah cinta atau enggak cinta, kawin atau enggak kawin, cocok apa enggak cocok. semuanya soal waktu, waktu yg paling tepat. dan kalo memang benar jodoh, pasti akhirnya bakalan bareng juga kan ya :)
    biarkan yg Maha Menentukan yang mengatur semuanya. kita manusia tugasnya berdoa, dan menjalankan skenario yg kita punya dengan sebaik-baiknya.
    gila ini komen panjang amet.
    kabur ahh. hihi

    BalasHapus
  2. tengkyu komennya adek....
    yup you're right, kadang cinta, keinginan dan kenyataan suka ga sinkron...
    emang kita ga akan tau kapan waktu yang tepat untuk memulai, atau tidak memulai sesuatu, tapi jangan membuat diri kita terlena untuk menunggu saat yang tepat itu, krn ssungguhnya, waktu yang tepat bisa kapan saja, asal kita membuatnya dengan tepat...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer