working on hijab: a prologue

"Hai, Salsabeela" tanganku terulur dan disambut balasan tangan hangat dari perempuan cantik di depanku.
"Hai, Nindy. Akhirnya kita ketemu juga ya?"

Kami tersenyum lalu duduk berhadapan. kuberikan buku menu padanya dan mempersilakannya memesan.

"Aku panggil apa ya? Salsa? Beela? Sabil?", katanya sembari membolak balik buku menu dan sesekali memandangku.

Aku tersenyum.
"Sabil aja. Biasanya juga gitu."

Nindy mengangguk, menutup menu, lalu memesan satu slice kecil blueberry cheese cake dan secangkir kopi pada waitress yang sedari tadi sudah berdiri menunggu kami.

"So, Sabil, let's talk about work. But before that, aku penasaran deh. Jujur, awalnya nggak ngebayangin kamu bakal berpenampilan begini lho."

Aku terdiam mendengar perkataannya. Mungkin sekarang keningku sedang berkerut juga. Bertumpuk seperti buku di perpustakaan tak terurus.
"Maksudnya, Nin?"
"Yah, ini kan majalah lifestyle dan nitelife gitu. I was wondering that the account executive will be on heels, minidress or something. But look at you. You're so pretty on hijab."

Aku tersenyum.
"Believe me, kamu bukan orang pertama yang bilang begitu. I took it as a compliment."
"It is... cuma agak kaget aja."
"Emang kagetnya kenapa?"
"Ya aku pernah ngelamar kerja, dulu, ketempat seperti kantor kamu. Dan secara nggak langsung, mereka ngeliat penampilan fisik banget."

Lagi-lagi aku tersenyum.
"Alhamdulillah bos aku orangnya terbuka sih. As long as I can prove to him that I can work professionally. Penampilan itu bukan nggak penting, penting sih, karena emang kerjaannya ketemu orang, jadi tamengnya perusahaan. Cuma kan aku walaupun pake hijab juga nggak sembarangan, Nin. But, I'm still learning, though."

"Bener, Bil. I do in love with the way you wear it. You looks so edgy."
"Thanks, Nin. Buat aku, toh kerjaan aku ini halal kok. Dan aku tetep bisa kerja profesional tanpa musti ninggalin hijabku. Lagian, ini kan pembuktian juga, secara nggak langsung sih, kalau perempuan berhijab juga bisa fashionable dan kerja profesional."

"Suka deh. Hehe... Btw, pernah nggak dibilang gimana gitu sama orang karena kerjaan kamu dan the way you dress yourself up?"
"Haha, pernah lah, secara kita tinggal di negara judgmental, jelas ada aja yang ngomong nggak enak. Cuma ya balik ke pemikiran aku tadi sih. I didn't do something wrong, i just work."

Nindy tersenyum. Waitress datang membawa pesanan kami berdua dan menata manis di hadapan masing-masing. Kamipun mengucap terima kasih dan mulai mencicipi pesanan kami.
Meeting sore kamipun dimulai dengan lebih nyaman karena obrolan barusan.

Yup, sometimes it's just not easy for me working in this magz with this hijab. But when I know this is just a magz and I don't need to change myself to work here, I don't think I need to worry about anything. Kadang, aku cuma pengen buktiin, kalau pakai hijab, bukan satu penjara buat kita berkembang, berkreasi. Meski kadang orang ngeliat dengan cara berbeda, tapi aku tahu, satu saat mereka juga akan tahu, I just do my thing. Udah bosen deh rasanya, diterima kerja dengan embel-embel "asal mau lepas hijab". Buatku, itu bukan syarat. Hijab bukan cuma gaya pakaian yang bisa aku lepas atau ubah karena satu hal seperti pekerjaan. Walaupun aku tahu, masih jauh hijabku dari sempurna. Hijab is the part of my life I cannot change, and I would not change, for anything.


I guess I'm thinking about making a new look. Once my friend introduce me to these beautiful styles of Salsabeela Shop then I have no doubt about the change I want. Maybe I need to try this one since its casualty just fits me with my mobile life.

Ah, jadi nggak sabar buat nunggu gajiaaaan!