boleh aku jatuh cinta lagi?
siang tadi aku bertemu denganmu. muka bersemu merah jambu saat tangan terulur berucap salam perkenalan. kamu malu-malu. aku tahu kamu bukan perempuan bau kencur yang bisa dengan mudah bersemu demi satu perkenalan biasa di siang bisu. tapi tadi aku melihatmu begitu tertahan, perkenalan kita tercekat di kerongkongan. aku melihat ada cincin di jarimu. pertunangan yang membuatmu tak mudah kudekati dengan dalih apapun. ada yang sudah siap memilikimu. aku rasa, cincin di jariku ini juga seketika menahanmu untuk bertanya lebih lanjut bukan?
pekerjaan kita selesai. aku tahu tanganmu tadi tergetar ketika harus membantuku dengan pakaian yang berantakan, menegakkan badanku yang terlampau kaku, atau mengarahkanku untuk memandangmu. kamu kikuk. aku yakin di pemotretan biasanya kamu tak begitu. canggungmu membuatku makin ingin mengenalmu. aku bahkan masih ingat tawa lepasmu saat aku tak sengaja menebar lelucon. kamu tertawa padaku. meski kamu mengalihkannya ke orang-orang di sekitarmu, aku tahu kamu tertawa padaku. dan aku pun tertawa untukmu.
apakah makan siang yang menyenangkan ini bagian dari tanggung jawabmu atau sekedar kamu ingin lebih lama bersamaku? jujur, aku mau kamu menjawabnya dengan jawaban kedua itu. aku berharap padamu. iya aku berharap padamu. seperti ketika aku mencuri waktu bersebelahan denganmu saat mencuci tangan di dekat toilet rumah makan tadi karena ingin berdua denganmu barang sesaat. kamu berterima kasih secara personal, atas pekerjaan yang telah selesai hari ini. tapi aku lihat senyummu berterima kasih untuk perkenalan kita tadi. apa kamu sempat melempar pandangan padaku seperti aku yang mencuri pandang padamu melalui cermin di depan kita?
ini rumahku. entah kenapa aku berharap kamu mengingat jalan kearah rumahku ini. jadi bila satu saat kamu ingin pergi dari lelaki yang membelikanmu cincin di jarimu sekarang itu, kamu tahu kemana kamu harus berlari. kita bersalaman, lagi. aku benar-benar berharap ini bukan yang terakhir kali. apa kamu juga merasa saat mata kita beradu ada sebuah tanya dariku? hei, perempuan cantikku, jawab aku, boleh aku jatuh cinta lagi, padamu?
pekerjaan kita selesai. aku tahu tanganmu tadi tergetar ketika harus membantuku dengan pakaian yang berantakan, menegakkan badanku yang terlampau kaku, atau mengarahkanku untuk memandangmu. kamu kikuk. aku yakin di pemotretan biasanya kamu tak begitu. canggungmu membuatku makin ingin mengenalmu. aku bahkan masih ingat tawa lepasmu saat aku tak sengaja menebar lelucon. kamu tertawa padaku. meski kamu mengalihkannya ke orang-orang di sekitarmu, aku tahu kamu tertawa padaku. dan aku pun tertawa untukmu.
apakah makan siang yang menyenangkan ini bagian dari tanggung jawabmu atau sekedar kamu ingin lebih lama bersamaku? jujur, aku mau kamu menjawabnya dengan jawaban kedua itu. aku berharap padamu. iya aku berharap padamu. seperti ketika aku mencuri waktu bersebelahan denganmu saat mencuci tangan di dekat toilet rumah makan tadi karena ingin berdua denganmu barang sesaat. kamu berterima kasih secara personal, atas pekerjaan yang telah selesai hari ini. tapi aku lihat senyummu berterima kasih untuk perkenalan kita tadi. apa kamu sempat melempar pandangan padaku seperti aku yang mencuri pandang padamu melalui cermin di depan kita?
ini rumahku. entah kenapa aku berharap kamu mengingat jalan kearah rumahku ini. jadi bila satu saat kamu ingin pergi dari lelaki yang membelikanmu cincin di jarimu sekarang itu, kamu tahu kemana kamu harus berlari. kita bersalaman, lagi. aku benar-benar berharap ini bukan yang terakhir kali. apa kamu juga merasa saat mata kita beradu ada sebuah tanya dariku? hei, perempuan cantikku, jawab aku, boleh aku jatuh cinta lagi, padamu?
Komentar
Posting Komentar