when the wedding jitter comes...
wedding jitter. dulu saya cuma bisa ketawa denger frase ini. iya sih wajar, cuma kadang nganggep nggak segitunya juga kali. sampai satu hari, saya sendiri ngalamin ini.
menikah itu satu hal besar yang udah saya impikan sejak lama. yeah rite, siapa sih yang nggak kepengen kawin? i love wedding. i love wedding so much. khidmatnya, serunya, ribetnya, deg-degannya sampe tangisan harunya itu bener-bener bikin saya suka gemeteran kalau nyaksiin sebuah pernikahan. nggak jarang bulu kuduk saya berdiri pas si mas pengantennya ngucapin ijab kabul dan ikut nangis sesenggukan pas sungkeman ke orang tua. sampe nulis beginipun saya gemeteran.
trus, gimana wedding saya nanti ya? is it as breathtaking as it should be?
entah kenapa saya malah belum se-excited itu. saya bilang belum ya, bukan tidak :)
mungkin karena masih banyak kerjaan dan hal-hal lain selain tentang pernikahan yang musti dipikirkan dan lebih dekat dedlennya. tapi beberapa hari terakhir, tiba-tiba kepikiran hal-hal yang mustinya nggak saya pikirkan.
pas lihat kos yang baru saya tempati dua minggu ini, yang kepikir adalah pengen hias ini itu, pengen beli ini itu buat kamar kos. karena baru kali ini punya kos yang kosongan tanpa perabot, jadi saya bisa atur sendiri seperti yang saya mau. dan saya rasanya masih pengen mainin teritori dan ruang saya sendiri.
nonton film. entah, akhir-akhir ini kok ya film-film yang saya beli nadanya tentang kawin mulu ya. kayak "swinging with the Finkels" yang diperanin sama Mandy Moore. isinya tentang pasangan yang belum dikaruniai anak setelah 9 taun menikah. intinya sih bukan di anak, tapi gimana kejenuhan mulai datang. hidup mulai flat. bangun, cium pasangan, bikin sarapan, kerja, pulang, have sex, tanya tentang hari masing-masing, tidur. begitu terus. semua berjalan karena memang sudah sewajarnya atau seharusnya. nggak ada lagi rasa yang menggebu-gebu.
and this question suddenly comes to my mind, "apa setiap pernikahan bakal begini?"
jujur, saya nggak mau setelah menikah semua jadi terasa hambar dan biasa. yeah, call me a dramaqueen. but i can't lie that i need flame on my relationship. apa iya semua bakal berubah kayak gitu? apa iya dia bakal jadi "biasa" setelah nanti kami tidur dan bangun di kasur yang sama? apa iya romantisme itu bakal pudar seiring bertambahnya usia kebersamaan kami?
then another random thing comes to my mind, "yakin kamu mau nikah dan ngelepas semua kebebasan yang kamu punya, bunga? yakin kamu bisa bersama sama satu orang seumur hidup kamu? yakin kamu membuang kesempatan being singlelicious (eh ini mulai ngelantur)?"
yah intinya saya mulai jiper lah sama yang namanya keterikatan dalam pernikahan. meskipun dia super pengertian dan ngebebasin saya buat memilih apapun yang saya mau, pekerjaan yang saya inginkan dan waktu "sendiri" atau sama temen-temen, tetep, saya takut. saya takut hidup saya terenggut. saya takut eksistensi saya melebur bersama nama belakangnya yang kemudian masuk ke deretan nama saya. saya takut saya jadi makin fana karena dilihat sebagai istrinya, ibu dari anak-anaknya dan tidak lagi punya tempat dikenal sebagai SAYA.
tapi kemudian semua ini mendadak hilang pas tiba-tiba dia bbm saya dan cerita tentang betapa ribetnya dia cari makan sore itu lalu bilang, "Nanti, kalau kita udah nikah, masakin aku ya. Kamu masak apapun pasti aku makan." Dan hati saya mendadak riang. :))
gampang banget ya saya dirayu? :p
intinya sih, wedding jitter itu pasti ada. kalau saya, mungkin cara ngatasinnya yang paling ampuh ya inget-inget semua yang dia pernah lakuin dan ucapin ke saya. sesuatu yang manis yang bikin saya bilang iya pas orang tua saya nanya apa saya mau nikah sama dia pas dia ngelamar saya beberapa bulan lalu. sesuatu yang bikin saya suka senyum-senyum sendiri aka tersipu padahal dia yang ngomong aja mungkin udah lupa juga. haha...
menikah itu satu hal besar yang udah saya impikan sejak lama. yeah rite, siapa sih yang nggak kepengen kawin? i love wedding. i love wedding so much. khidmatnya, serunya, ribetnya, deg-degannya sampe tangisan harunya itu bener-bener bikin saya suka gemeteran kalau nyaksiin sebuah pernikahan. nggak jarang bulu kuduk saya berdiri pas si mas pengantennya ngucapin ijab kabul dan ikut nangis sesenggukan pas sungkeman ke orang tua. sampe nulis beginipun saya gemeteran.
trus, gimana wedding saya nanti ya? is it as breathtaking as it should be?
entah kenapa saya malah belum se-excited itu. saya bilang belum ya, bukan tidak :)
mungkin karena masih banyak kerjaan dan hal-hal lain selain tentang pernikahan yang musti dipikirkan dan lebih dekat dedlennya. tapi beberapa hari terakhir, tiba-tiba kepikiran hal-hal yang mustinya nggak saya pikirkan.
pas lihat kos yang baru saya tempati dua minggu ini, yang kepikir adalah pengen hias ini itu, pengen beli ini itu buat kamar kos. karena baru kali ini punya kos yang kosongan tanpa perabot, jadi saya bisa atur sendiri seperti yang saya mau. dan saya rasanya masih pengen mainin teritori dan ruang saya sendiri.
nonton film. entah, akhir-akhir ini kok ya film-film yang saya beli nadanya tentang kawin mulu ya. kayak "swinging with the Finkels" yang diperanin sama Mandy Moore. isinya tentang pasangan yang belum dikaruniai anak setelah 9 taun menikah. intinya sih bukan di anak, tapi gimana kejenuhan mulai datang. hidup mulai flat. bangun, cium pasangan, bikin sarapan, kerja, pulang, have sex, tanya tentang hari masing-masing, tidur. begitu terus. semua berjalan karena memang sudah sewajarnya atau seharusnya. nggak ada lagi rasa yang menggebu-gebu.
and this question suddenly comes to my mind, "apa setiap pernikahan bakal begini?"
jujur, saya nggak mau setelah menikah semua jadi terasa hambar dan biasa. yeah, call me a dramaqueen. but i can't lie that i need flame on my relationship. apa iya semua bakal berubah kayak gitu? apa iya dia bakal jadi "biasa" setelah nanti kami tidur dan bangun di kasur yang sama? apa iya romantisme itu bakal pudar seiring bertambahnya usia kebersamaan kami?
then another random thing comes to my mind, "yakin kamu mau nikah dan ngelepas semua kebebasan yang kamu punya, bunga? yakin kamu bisa bersama sama satu orang seumur hidup kamu? yakin kamu membuang kesempatan being singlelicious (eh ini mulai ngelantur)?"
yah intinya saya mulai jiper lah sama yang namanya keterikatan dalam pernikahan. meskipun dia super pengertian dan ngebebasin saya buat memilih apapun yang saya mau, pekerjaan yang saya inginkan dan waktu "sendiri" atau sama temen-temen, tetep, saya takut. saya takut hidup saya terenggut. saya takut eksistensi saya melebur bersama nama belakangnya yang kemudian masuk ke deretan nama saya. saya takut saya jadi makin fana karena dilihat sebagai istrinya, ibu dari anak-anaknya dan tidak lagi punya tempat dikenal sebagai SAYA.
tapi kemudian semua ini mendadak hilang pas tiba-tiba dia bbm saya dan cerita tentang betapa ribetnya dia cari makan sore itu lalu bilang, "Nanti, kalau kita udah nikah, masakin aku ya. Kamu masak apapun pasti aku makan." Dan hati saya mendadak riang. :))
gampang banget ya saya dirayu? :p
intinya sih, wedding jitter itu pasti ada. kalau saya, mungkin cara ngatasinnya yang paling ampuh ya inget-inget semua yang dia pernah lakuin dan ucapin ke saya. sesuatu yang manis yang bikin saya bilang iya pas orang tua saya nanya apa saya mau nikah sama dia pas dia ngelamar saya beberapa bulan lalu. sesuatu yang bikin saya suka senyum-senyum sendiri aka tersipu padahal dia yang ngomong aja mungkin udah lupa juga. haha...
soal kos-kosan, saya juga pengen ngehias kamar kost euy.. T_T berantakan dan nggak artistik banget mbak.. T_T
BalasHapushaha iya, sama nih, sama berantakannya :p
BalasHapus