#30harimenulissuratcinta: surat cinta pagi

Apa kabarmu, Pagi?
Nampaknya semalam aku terlalu lupa untuk sekedar tidur nyenyak tanpa beban hingga menyisakan sedikit pening saat tadi terbangun. Kopi ini pun tak lagi punya arti untuk sekedar mengurangi sakit yang mendera.

Kamu tahu, pagi ini dingin sekali. Subuh tadi aku sempat menelungkupkan diri dalam selimut tebal di bawah bantal. Berharap ada lebih dari sekedar guling yang menemani. Dinginnya menusuk lewat pori.

Aku jadi teringat pagi itu. Pagi dimana aku bangun riang gembira untuk menjemput kopi panas yang tersedia di meja. Kamu ada di seberang sana, mengoles roti lalu tertawa. Menertawakan mataku yang masih merah tapi semangatku seperti tak putus didera malam. Kita berbincang tentang ruang yang tak ada disela kita. Ah, pagi, betapa aku rindu memulai hari semacam itu.

Pagi yang kita habiskan berdua dengan berjalan kaki menyusuri rangkaian pohon tertembus matahari.



Apa kamu masih ingat bau pinus yang terkena hujan di malam sebelumnya? Bau-baunya terasa menyegarkan. Aku merasa lepas tiap kali bau itu menerjang. Seakan ada tali yang menarikku untuk terbang lalu menghempaskanku ke awan dengan perasaan menenangkan.

Sudah jam delapan. Cukup menulisnya untukmu. Terima kasih sudah mendengarkanku pagi ini. Aku harus beranjak mencari penghidupan untuk bisa tidur nyenyak setiap malam. Sampai jumpa nanti, Pagi.

Komentar

Postingan Populer